Sabtu, 18 April 2020

Alat Musik Dawai Tradisional dan Elektrik Sasando


Sasando



Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Bidang ilmu yang mempelajari alat musik disebut organologi.

Bunyi atau suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cairpadatgas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam airbatu bara, atau udara.

Alat musik dawai atau senar adalah alat musik yang menghasilkan suara dengan cara menggetarkan dawai atau senar. Menurut skema klasifikasi alat musik Hornbostel-Sachs yang digunakan pada organologi, alat musik ini disebut kordofon. Ada tiga cara utama menggetarkan dawai untuk menghasilkan suara, yaitu dengan dipetik (contohnya gitar), digesek (contohnya biola), dan dipukul (contohnya piano).

Sasando adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan dipetik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang berasal dari kata Sandu atau Sanu yang artinya bergetar atau meronta. Suara sasando memiliki kemiripan dengan alat musik dawai lainnya seperti gitar, biola, kecapi, dan harpa. Sasando menurut Organologi tergolong dalam Sitar tabung Bambu.

Alat musik satu ini merupakan jenis alat musik berdawai tradisional yang khas dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar[1] yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.

Menurut jenis sasando dibagi menjadi dua tipe yaitu tradisional dan elektrik. Pertama sasando tradisional merupakan bentuk Sasando aslinya dan dimainkan tanpa alat elektronik seperti amplifier atau akustik. Kedua Sasando elektrik merupakan jenis Sasando yang bisa dimainkan dengan alat elektronik. Biasanya Sasando elektrik dimainkan dalam panggung besar atau pertunjukan modern.


Berdasarkan suaranya, Sasando juga dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya seperti Sasando engkel, Sasando dobel, Sasando gong dan Sasando biola. Sasando engkel merupakan jenis Sasando yang memiliki 28 dawai. Untuk Sasando dobel biasanya memiliki 56 atau 84 dawai, sehingga memiliki lebih banyak jenis suara. Untuk Sasando gong, merupakan jenis Sasando yang memiliki suara hampir menyerupai suara gong. Sedangkan Sasando biola merupakan Sasando yang memiliki suara hampir sama dengan suara biola. Tentunya penggunaan setiap jenis Sasando disesuaikan dengan keahlian setiap pemain dan kebutuhan pertunjukan.

Perkembangan Sasando berjalan seiring perubahan waktu. Modifikasi dan peningkatan kualitas bunyi mulai dilakukan. Agar mendapat bunyi yang lebih keras dan bisa disesuai dalam wadah pertunjukkan musik apapun maka Sasando akustik beralih perlahan lahan ke Sasando elektrik. Bentuk Sasandopun dimodifikasi dan dibuat lebih modern dan elegan.

Ditahun 2018 bahkan mulai diciptakan oleh seorang pemain Sasando profesional Natalino Mella Sasando yang diberi nama Sasando Bariton. Sasando bariton mempunyai bunyi yg berbeda dengan sasando pada umumnya. Sasando ini menggunakan jenis senar yang berbeda dalam ketebalannya dan mempunyai bunyi yang lebih bulat dan lebih terasa bassnya. Dilengkapi dengan 32 senar berwarna dan bridge yang bisa dipindahkan serta bisa dimainkan dengan teknik 10 jari yang membuat sasando ini akan lebih kaya untuk dipelajari generasi muda. 




[1] Lontar (bahasa Jawa: ron tal, "daun tal") adalah daun siwalan atau tal (Borassus flabellifer atau palmyra) yang dikeringkan dan dipakai sebagai bahan naskah dan kerajinan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar